Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
SPORTAINMENTTOP FIGURES

Mohammad Al Fathih Abdillah Tekuni Balap Unta sebagai Sunah Rasul

13
×

Mohammad Al Fathih Abdillah Tekuni Balap Unta sebagai Sunah Rasul

Sebarkan artikel ini
Mohammad Al Fathih Abdillah menempati peringkat ke-11 lomba balap unta (Camel Race) di arena Asian Youth Games 2025. (Foto: Ambisius News)
toplegal

TOPMEDIA – Ada kesenangan tersendiri dalam profesi teranyar seorang Mohammad Al Fathih Abdillah dengan karier barunya sebagai atlet balap unta. Sunah rasul jadi alasan Fathih pindah ke cabang olahraga yang tak populer di tanah air tersebut.

Abdillah Al Fathih menjadi atlet cabor balap unta pertama di Indonesia yang tampil di Asian Youth Games 2025 di Manama, Bahrain. Sebelumnya, Fathih sempat menjajal bulutangkis dan berkuda dengan memanah.

HALAL BERKAH

“Yang pertama sudah pasti itu perintah sunah Rasul, dan saya juga sudah lama (main di berkuda memanah) tiga tahun dan mau mencoba pengalaman baru,” kata Fathih tentang alasan di balik memilih cabor balap unta saat ditemui setibanya di Tanah Air, Rabu (29/10/2025).

Menurutnya, awal-awal ia ditawari kemudian ikut seleksi dan berhasil menjadi satu-satunya atlet Merah-Putih yang bisa tampil di multievent olahraga terbesar di Asia untuk kelompok remaja itu.

“Saat ditawari sempat berpikir dulu, tapi sama-sama mahluk hidup jadi gas saja,” ujarnya.

Balap unta memang sangat popular di Timur Tengah. Olahraga balap unta dikenal sebagai olahraga tradisional Timur Tengah sejak abad pertengahan. Biasanya dipertunjukkan untuk acara sosial dan perayaan penting.

Baca Juga:  Menggemaskan, Senator Corrine Mulholland Pidato Perdana Membawa Bayi, Pidatonya Inspiratif Bagi Wanita Pekerja

Seiring waktu, balap unta kemudian mengalami tranformasi besar seiring popularitas dan partisipasinya dalam olahraga dan berkembang hingga sekarang.

Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada saat Rapat Anggota Luar Biasa pada Juli lalu baru mengesahkan olah raga ini menjadi bagian dari organisasinya.

Nama induk olahraga ini ialah Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia (POUI). Masih barunya cabor tersebut di Indonesia, juga menjadi alasan Fathih membaca peluang untuk lebih maju.

“Iya saya berpikir itu juga. Saya lihat balap unta ada peluang untuk maju sekalian saya ingin mengembangkan olahraga ini di Indonesia,” tuturnya.

Soal adaptasi, menurut Fathih, kuda dan unta memiliki karakter yang berbeda. Termasuk soal bahasa yang digunakan untuk memerintah dua hewan tersebut.

“Unta itu istilahnya ada bahasa sendiri. Bahasa buat bikin dia duduk, jalan, hingga cara menuntunnya, itu ada bahasanya sendiri,” ujarnya.

“Begitu pun cara menunggangnya. Kalau memakai kuda bila kita tidak ingin jatuh itu maka harus pegangan, tapi untuk unta kalau kita nggak ingin jatuh kita nggak boleh pegangan, justru kalau pegangan kita bakal jatuh. Awal-awal masih sulit, tapi pas adaptasi udah lumayan. Kuda ataupun unta sama sulitnya,” Fathih menambahkan.

Baca Juga:  Liga 1 Berganti Nama Menjadi Super League, karena Semua Berharap Kompetisi Menjadi Super

Indonesia masih terkendala dengan unta balap. Negara-negara Timur Tengah yang familiar dengan olahraga ini tentu punya banyak unta. Sementara yang selama ini ada di Indonesia adalah unta unta untuk wisata.

Hal itu yang membuat Fathih terbatas untuk beradaptasi dengan unta yang dia gunakan di arena Asian Youth Games 2025 yang digelar pada 22-31 Oktober 2025.

“Kemarin kami sebelum (lomba) adaptasi 12 hari di sana (Abu Dhabi). Sebelumnya kami bonding (dengan unta) di Pesantren Temboro. Di sana, saya ada sahabat, Pak Kyai sana memang punya unta. Jadi bonding dulu anak-anak di tempat itu,” kata Pelatih Balap Unta, Wahyu Setiawan, dalam kesempatan yang sama.

“Jadi di sana kami hanya mengenalkan karena itu unta wisata. Karena kalau tak kenal unta awalnya pasti takut. Jadi dua hari kami bonding. Cara naik unta bagaimana, cara merawatnya bagaimana. Tapi kami tidak balapan. Jadi latihan pertama di Abu Dhabi,” tuturnya.

Baca Juga:  Resmi, FIFA Matchday Lawan Kuwait Dibatalkan, PSSI Malah Senang

Ia menambahkan bahwa federasi akan segera membuat tempat latihan sebagai penunjang atlet untuk mengembangkan kemampuan. Hal ini penting mengingat saat di Asian Youth Games (AYG), atlet menggunakan unta pinjaman yang disiapkan tuan rumah.

Ukuran unta tersebut lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara yang membawa sendiri hewan tersebut untuk berlomba.

India, Irak, Lebanon, dan Uzbekistan adalah negara-negara yang tidak memiliki unta saat kejuaraan. “Ini kan pertama jadi kami harus banyak pelajaran yang kita timba satu per satu. Yang pasti kita harus melatih unta wisata menjadi unta balapan,” tegas Wahyu.

“Kalian lihat kalau unta balapan memang skillnya 30 persen di atlet, 70 persen di unta. Jadi memang harus dilatih juga. Mungkin ke depan, InsyaAllah, kami berharap bekerja sama dengan pihak sana seperti kejuaraan-kejuaraan.”

“Nah, kita mengembangkannya di sini dengan apa yang didapatkan kemarin. Kami kasih ilmunya ke anak-anak di sini terutama yang muda. Kami juga berencana ada sounding-sounding dengan pengurus untuk mengembangkan unta di pulau Jawa dulu,” kata Wahyu. (*)

TEMANISHA.COM