TOPMEDIA – Presiden Madagaskar Andry Rajoelina dilaporkan meninggalkan negaranya dengan menggunakan pesawat militer Prancis pada Senin (13/10).
Menurut laporan Radio France Internationale (RFI), langkah itu diambil setelah Rajoelina dikabarkan mencapai kesepakatan politik dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Kepergian Rajoelina terjadi di tengah situasi politik yang memanas. Ia disebut telah kehilangan dukungan dari pasukan elite Madagaskar, yang sebelumnya merupakan kekuatan andalannya. Ironisnya, pasukan tersebut kini justru bergabung dengan para demonstran muda yang menuntut keadilan sosial serta menolak praktik korupsi dan kemiskinan yang memburuk di negara itu.
Dalam beberapa hari terakhir, gelombang unjuk rasa semakin besar, dipimpin oleh kelompok Generasi Z (Gen Z) yang menuntut pengunduran diri Rajoelina. Namun hingga kini, istana kepresidenan belum memberikan keterangan resmi mengenai kabar kaburnya sang presiden.
Sementara itu, posisi kepala negara sementara akan diisi oleh pemimpin senat.
Sebelumnya, pada Minggu (12/10), Rajoelina sempat menuduh adanya upaya kudeta yang ditujukan kepadanya. Pada saat yang sama, parlemen Madagaskar juga dikabarkan tengah memulai proses pemakzulan terhadapnya, yang dipimpin oleh tokoh oposisi Siteny Randrianasoloniaiko.
Gelombang demonstrasi sendiri sudah berlangsung sejak 25 September 2025, bermula dari krisis air dan energi yang melanda ibu kota Antananarivo.
Situasi kian memburuk seiring melemahnya ekonomi nasional, yang banyak pihak menilai disebabkan oleh buruknya tata kelola pemerintahan dan kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. (*)