TOPMEDIA – Di tengah arus mode global yang serba modern, Didiet Maulana tampil sebagai sosok desainer yang konsisten mengangkat kekayaan wastra Nusantara ke panggung internasional.
Melalui brand IKAT Indonesia dan lini turunannya, ia menjadikan kain tradisional seperti tenun ikat, songket, dan kebaya sebagai medium ekspresi budaya sekaligus produk fashion yang relevan di pasar global.
Kiprahnya selama lebih dari satu dekade telah membawa busana berbasis warisan budaya Indonesia ke berbagai negara, dari Asia hingga Eropa.
Perjalanan Karier
DidietMaulana memulai kariernya di industri kreatif sebagai jurnalis mode dan stylist. Ia sempat bekerja di majalah gaya hidup ternama dan menjadi fashion director sebelum akhirnya mendirikan brand IKAT Indonesia pada tahun 2011.
Keputusan untuk fokus pada wastra Nusantara lahir dari keinginannya untuk menjadikan kain tradisional sebagai bagian dari gaya hidup modern, bukan sekadar busana seremoni.
Wastra Nusantara Dalam Karya
Wastra nusantara atau kain tradisional menjadi ciri khas dari karya-karya Didit. Tak hanya sebagai identitas, tapi juga promosi budaya.
Didiet memiliki beberapa brand utama yang ia dirikan, yakni IKAT Indonesia by Didiet Maulana yang fokus pada busana siap pakai berbahan tenun ikat.
Kemudian SVARNA by IKAT Indonesia, yakni lini premium untuk kebaya dan busana formal.
Terakhir adalah SARUPA by IKAT Indonesia, lini seragam berbasis wastra untuk institusi dan korporasi.
Kain tradisional menjadi hal wajib dalam karya-karya Didit, beberapa kain yang kerap digunakan Didit meliputi:
– Tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Kalimantan
– Songket dari Sumatera Barat dan Palembang
– Batik tulis dan cap sebagai pelengkap motif
– Kebaya sebagai simbol busana perempuan Indonesia
Didiet juga aktif dalam edukasi dan pelestarian budaya. Ia menggelar workshop di Jepara, Lasem, dan Tanimbar, serta menerbitkan buku Kisah Kebaya yang merangkum sejarah dan filosofi kebaya Indonesia.
Ia dipercaya merancang kostum untuk berbagai acara kenegaraan dan internasional, termasuk seragam maskapai, kostum atlet Paralimpiade, hingga gaun untuk robot Sophia.
Diplomasi Budaya
Bagi Didiet menciptakan karya bukan sekadar tren dan keindahan, tapi ada misi penting sebagai warga yang mencintai bangsanya untuk mengenalkan budayanya ke publik internasional.
Melalui karya-karya luar biasanya tersebut, Didiet mengenalkan warisan budaya ke panggung internasional.
Produk IKAT Indonesia telah dipasarkan ke berbagai negara, termasuk:
– Amerika Serikat: melalui pameran dan kolaborasi diplomatik
– Jepang dan Korea Selatan: dalam ajang promosi budaya
– Eropa: seperti Belanda dan Prancis, lewat fashion show dan retail butik
– Australia dan Singapura: sebagai pasar ekspor utama untuk busana berbasis wastra
Karya Didiet juga kerap digunakan dalam forum diplomatik dan budaya, menjadikan wastra Indonesia sebagai bagian dari narasi global tentang keberagaman dan identitas.
Didiet Maulana bukan sekadar desainer, melainkan duta budaya yang menjembatani warisan tekstil Indonesia dengan dunia modern.
Melalui brand IKAT Indonesia dan komitmennya terhadap wastra Nusantara, ia membuktikan bahwa kain tradisional bukan hanya warisan, tetapi juga masa depan industri kreatif Indonesia.
Dengan pasar yang terus berkembang di luar negeri, karya Didit menjadi simbol diplomasi budaya yang elegan dan bermakna. (*)