TOPMEDIA – Menjelang senja, suasana di Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Soebroto, berubah hening. Sekitar pukul 18.30 WIB, jenazah Yurike Sanger tiba dengan iringan doa keluarga. Tangis pelan terdengar di antara kerabat yang menunggu kedatangan istri ketujuh Sang Proklamator, Soekarno.
Sebelum peti jenazah dibawa masuk, beberapa pria berpakaian adat Minahasa tampil di halaman. Mereka menari dengan langkah gagah, membawa senjata tradisional dalam upacara adat Kabasaran — tarian perang khas tanah kelahiran Yurike di Sulawesi Utara.
Dengan penuh penghormatan, para penari membuka jalan bagi jenazah, seolah mengantar kepulangannya ke pangkuan leluhur.

Di dalam ruang persemayaman, peti cokelat tempat beristirahatnya Yurike dihiasi bunga-bunga putih. Warna lembut itu seolah melambangkan ketenangan dan kedamaian yang kini menyelimuti perempuan yang semasa hidup dikenal anggun dan sederhana.
Yurike menghembuskan napas terakhir di California, Amerika Serikat, pada 17 September 2025, setelah bertahun-tahun berjuang melawan kanker payudara. Di usia 80 tahun, ia meninggalkan empat anak, empat menantu, tiga belas cucu, dan tiga cicit — generasi yang akan meneruskan kisah dan kenangan tentangnya.
Perjalanan hidup Yurike Sanger berawal dari Desa Passo, Minahasa, dan kini berakhir dengan penghormatan adat dari tanah kelahirannya. Sebuah tanda bahwa meski raganya jauh, jiwa dan darahnya tetap berpulang ke akar budaya yang membesarkannya. (*)



















