TOPMEDIA – Sektor kewirausahaan Indonesia terus menunjukkan kontribusi signifikan terhadap ekspor nasional, terutama melalui pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mulai menembus pasar global.
Dalam empat tahun terakhir, tren ekspor dari sektor ini mengalami dinamika yang menarik, baik dari sisi nilai, komoditas unggulan, maupun negara tujuan.
Sektor kewirausahaan tak hanya menjadi penopang ketersediaan lapangan kerja dan pendorong pertumbuhan ekonomi, namun juga berkontribusi dalam kinerja ekspor.
Tren Nilai Ekspor
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan, pada tahun 2022 nilai ekspor Indonesia mencapai USD 268 miliar atau mengalami peningkatan 26,07 persen dari tahun sebelumnya, dimana 15 persennya dikontribusi dari sektor kewirausahaan.
Pada 2023, nilai ekspor mencapai USD 258,8 miliar, angka ini mengalami penurunan sebesar 3,43 persen dari tahun 2022. Dari nilai ekspor tersebut, 17 persennya adalah dari sektor kewirausahaan.
Kemudian nilai ekspor pada 2024 sebesar USD 264,7 miliar, mengalami peningkatan 2,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun tersebut kontribusi sektor kewirausahan sebesar 18 persen.
Sementara di tahun 2025, Kementerian Perdagangan mengistimasikan nilai ekspor sebesar USD 270 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 2 persen dan kontribusi sektor kewirausahaan ditarget mencapai 20 persen.
Komoditas Unggulan dari Sektor Kewirausahaan
Pelaku kewirausahaan Indonesia mengekspor beragam produk diantara komoditas unggulannya adalah hasil pertanian dan produk industri kreatif seperti fashion, kerajinan, hingga produk dekorasi.
Beberapa komoditas yang konsisten menjadi unggulan diantaranya:
– Produk Pertanian dan Perkebunan: Kopi, teh, rempah-rempah, kelapa, dan hasil olahan seperti virgin coconut oil.
– Produk Fashion dan Kerajinan: Batik, tenun, tas kulit, sepatu handmade, dan aksesoris etnik.
– Produk Makanan Olahan: Camilan tradisional, bumbu instan, dan makanan sehat berbasis lokal.
– Produk Kecantikan dan Herbal: Skincare berbahan alami, minyak atsiri, dan jamu modern.
– Produk Furnitur dan Dekorasi: Rotan, bambu, kayu jati, serta home decor berbasis desain lokal.
Menurut Verani Hartati, Kepala Laboratorium Supply Chain Management Universitas Widyatama, produk UMKM memiliki keunggulan dan pasar tersendiri, sehingga potensi ekspornya cukup besar.
“Produk UMKM memiliki keunggulan diferensiasi budaya dan nilai tambah lokal. Namun, tantangan terbesar adalah konsistensi kualitas dan logistik ekspor yang efisien,” jelasnya.
Negara Tujuan Ekspor Utama
Negara tujuan ekspor sektor kewirausahaan Indonesia cukup beragam, dengan tren sebagai berikut:
– Amerika Serikat dengan komoditas seperti fashion, makanan olahan, dekorasi rumah.
– Jepang dengan komoditas seperti produk herbal, makanan sehat, kerajinan.
– Singapura dengan komoditas seperti skincare, makanan instan, batik modern.
– Jerman dengan komoditas seperti furnitur, kopi, dan produk kreatif.
– Australia dengan komoditas seperti makanan ringan, produk kecantikan.
Setijadi, CEO Supply Chain Indonesia, menekankan pentingnya cold chain dan teknologi pengemasan untuk produk pertanian dan makanan olahan. “Tanpa sistem logistik yang terintegrasi, produk UMKM akan sulit bersaing di pasar global,” ujarnya.
Sektor kewirausahaan Indonesia menunjukkan tren positif dalam ekspor, dengan kontribusi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Komoditas unggulan seperti kopi, batik, dan produk herbal menjadi wajah baru Indonesia di pasar global. Namun, tantangan logistik, sertifikasi, dan konsistensi kualitas masih menjadi hambatan utama.
Untuk memperkuat posisi ekspor UMKM, diperlukan sinergi antara pelaku usaha, pemerintah, dan akademisi dalam hal pelatihan, pembiayaan, dan digitalisasi.
Jika strategi ini dijalankan konsisten, target kontribusi ekspor UMKM sebesar 20 persen di tahun 2025 bukanlah mimpi. (*)