TOPMEDIA – Kota Surabaya resmi memiliki ikon baru berupa Monumen Ayam Jago yang berdiri megah di kawasan Kelurahan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri.
Monumen ini bukan sekadar hiasan kota, melainkan penanda sejarah perjuangan Joko Berek alias Raden Sawunggaling, tokoh legendaris yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Kota Pahlawan.
Monumen setinggi 7 meter tersebut dibangun di ruas Jalan Raya Menganti, tak jauh dari makam Raden Sawunggaling, seorang Adipati Surabaya yang berani melawan penjajahan Belanda.
Keberadaannya menjadi pengingat cerita turun-temurun tentang perjalanan Joko Berek dalam mencari ayahnya, Adipati Jayengrono, dengan membawa ayam jago yang selalu menang dalam setiap pertarungan.
Camat Lakarsantri, Yongky Kuspriyanto Wibowo, menjelaskan, “Ayam menjadi simbol karena saat mencari ayahnya, Joko Berek selalu membawa ayam jago. Setiap kali diadu, ayam itu selalu menang. Dari situlah lahir kisah yang menjadi bagian sejarah Surabaya.”
Diakui Yongky, permintaan pembangunan monumen datang langsung dari warga Lidah Wetan kepada Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Antusiasme masyarakat sangat tinggi karena Monumen Ayam Jago dulu pernah ada di masa kolonial Belanda. Namun kemudian hilang tak berbekas.
Ketua LPMK Lidah Wetan, M. Andi, menyebutkan bahwa monumen ini adalah bentuk napak tilas sejarah.
“Dulu leluhur kita pernah membangunnya, tapi kemudian lenyap di masa penjajahan. Kini akhirnya bisa terwujud kembali.”
Monumen Ayam Jago diharapkan tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga destinasi wisata baru.
Warga mengusulkan agar pemerintah kota melengkapi kawasan tersebut dengan taman, area parkir, dan fasilitas pendukung wisata, sehingga monumen dapat berkembang menjadi pusat wisata edukasi, religi, sekaligus sejarah.
“Kalau kawasan ini ditata, bisa jadi wisata sejarah dan religi yang lengkap. Anak-anak bisa belajar kearifan lokal, sementara pengunjung juga bisa berziarah ke makam Sawunggaling,” tambah Yongky.
Dengan berdirinya Monumen Ayam Jago, Surabaya tidak hanya memperkaya identitas kota, tetapi juga menjaga warisan sejarah agar tetap hidup di tengah masyarakat modern. (*)