TOPMEDIA – Artis Prilly Latuconsina kembali menjadi sorotan publik, kali ini bukan karena aktingnya, melainkan karena suaranya yang mewakili kekecewaan banyak orang. Melalui sebuah video di media sosial, Prilly secara terang-angan menyoroti pernyataan kontroversial anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang meremehkan kenaikan tunjangan mereka dengan kata-kata “cuma Rp12 juta.”
Dengan nada kecewa, Prilly mengungkapkan rasa malunya. “Rasanya malu sekali ya, mendengar banyak sekali statement dari anggota (DPR RI) yang harusnya menjadi perwakilan rakyat,” ujarnya. Baginya, pernyataan itu bukan hanya sekadar keliru, melainkan cerminan dari jurang pemisah antara kehidupan para pejabat dan realitas pahit yang dihadapi masyarakat. Ia menyoroti bagaimana sebagian anggota dewan menganggap wajar kenaikan tunjangan fantastis, sambil menganggap protes rakyat sebagai hal yang berlebihan.
Prilly membandingkan pernyataan para wakil rakyat yang mengeluhkan pekerjaan mereka sambil menikmati kemewahan, dengan perjuangan rakyat jelata. “Apalagi kalau mempermasalahkan atau mengeluhkan soal pekerjaannya di saat naik mobil mewah, rumahnya bagus, pakai barang branded,” katanya. Perbandingan ini menjadi ironis ketika ia mengingat pengalamannya di Desa Kuaitai, Nusa Tenggara Timur. Di sana, para guru dan anak-anak sekolah tetap berjuang dengan senyum, meskipun harus melewati jalanan rusak dan berbahaya, tanpa menuntut tunjangan besar.
“Itu yang membuat aku sebenarnya marah banget ya,” ungkap Prilly. Ia menegaskan, kemarahan publik sangatlah wajar karena uang yang dipakai para pejabat adalah uang rakyat, yang berasal dari pajak. “Wajar saja kalau misalnya terjadi demo besar-besaran,” tambahnya, membenarkan gelombang protes yang terjadi di media sosial dan jalanan.
Sebagai penutup, Prilly berharap suaranya dapat membuka mata para wakil rakyat. Ia berpesan agar mereka tidak meremehkan suara rakyat, sebab sumber kenikmatan yang mereka dapatkan berasal dari keringat rakyat yang membayar pajak.
Sebelumnya, kontroversi tunjangan DPR mencuat setelah Wakil Ketua DPR Adies Kadir menyebutkan angka kenaikan yang fantastis, yaitu tunjangan beras naik menjadi Rp12 juta dan bensin menjadi Rp7 juta. Meskipun Adies kemudian mengklarifikasi bahwa datanya keliru, publik terlanjur marah dan tak percaya. Kekecewaan semakin menjadi-jadi ketika diketahui adanya tunjangan perumahan sebesar Rp50 juta per bulan. Hal ini seolah menguatkan anggapan publik bahwa para wakil rakyat telah jauh dari penderitaan rakyat yang mereka wakili. (*)