TOPMEDIA — Cuaca di Kota Pahlawan dan beberapa wilayah di Jawa Timur saat ini sedang berada di puncak musim kemarau.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, hujan lokal masih saja terjadi. Terutama di sore dan malam hari.
Fenomena ini tentu membuat banyak orang bertanya-tanya. Mengapa hujan masih bisa turun di tengah kemarau yang panjang?
Koordinator Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, Ady Hermanto, memberikan penjelasan ilmiah di balik fenomena ini.
Menurut Ady, hujan lokal yang terjadi di musim kemarau adalah hal yang normal dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah suhu permukaan laut.
“Saat musim panas, hujan masih ada secara lokal di beberapa wilayah karena pengaruh dari suhu muka laut,” jelas Ady.
Ady menambahkan bahwa hujan yang terjadi saat kemarau biasanya berlangsung singkat pada siang atau sore menjelang malam.
Hal ini disebabkan oleh terbentuknya awan Cumulonimbus (CB). Awan jenis ini berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
“Saat hujan di musim kemarau ini, banyak potensi terbentuknya awan CB. Hujan ini sifatnya lokal dan tidak merata,” ungkap Ady.
BMKG memperkirakan puncak musim kemarau di Surabaya akan berlangsung hingga bulan Oktober. Suhu udara saat ini berkisar antara 31 hingga 34 derajat Celcius.
Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minim sehingga sinar matahari langsung terpapar ke permukaan bumi, membuat suhu terasa lebih panas.
Jadi, meskipun cuaca terasa sangat panas, jangan heran jika tiba-tiba hujan turun. Fenomena ini adalah siklus alamiah yang dipengaruhi oleh kondisi suhu muka laut dan pembentukan awan Cumulonimbus. (*)