TOPMEDIA – Ketua Umum PSSI Erick Thohir kembali mengingatkan publik sepak bola tanah air agar tak melupakan tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya, peristiwa kelam yang menelan ratusan korban jiwa pada 1 Oktober 2022 itu harus menjadi titik balik bagi suporter untuk menjaga perdamaian di stadion.
“Sepak bola kita punya sejarah hitam, dan Kanjuruhan akan selalu tercatat sebagai salah satu tragedi terbesar di dunia. Tapi dari situ kita harus bangkit, suporter harus saling menjaga. Karena sepak bola seharusnya pemersatu, bukan pemecah,” ujar Erick Thohir dalam perbincangan dengan detikSport di d’Hattrick.
Erick menekankan bahwa fanatisme memang bagian dari sepak bola, tetapi tidak boleh membutakan rasa persaudaraan.
Ia mengajak para suporter merenung bagaimana bila tragedi itu menimpa keluarga mereka sendiri.
“Coba bayangkan kalau pulang ke rumah, adik atau bapak kita tidak ikut pulang gara-gara sepak bola. Baru terasa penyesalannya,” ungkap Menteri BUMN itu.
Kebijakan PSSI Pasca Kanjuruhan
Sebagai langkah nyata, PSSI telah menerapkan aturan larangan suporter tandang (away) sejak musim 2022/23. Hingga kini, aturan tersebut sudah memasuki musim keempat (2025/26).
Menurut Erick, kebijakan itu lahir demi menciptakan iklim sepak bola yang aman dan nyaman bagi semua kalangan.
“Saat ini yang paling penting adalah menghindari kekerasan. Mendukung klub itu wajib, tapi jangan jadikan kekerasan sebagai bagian dari budaya sepak bola Indonesia,” tegasnya.
Ia juga mencontohkan rivalitas klasik antara Persija Jakarta dan Persib Bandung yang kerap memicu gesekan, terutama di kota-kota dengan basis pendukung yang berimbang.
“Di Depok misalnya, Persija dan Persib bisa 50-50. Itu kompleksitas sendiri. Karena itu, mari kita jaga sepak bola Indonesia bersama-sama,” pungkas Erick Thohir. (*)