TOPMEDIA – Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina ternyata membawa dampak buruk terhadap industri perfilman Hollywood. Yakni, film live-action Snow White (2025) dari Disney mengalami kegagalan di box office.
Hal ini salah satunya karena aktris yang menjadi pemeran dalam film tersebut berdarah Yahudi dan mendukung Israel, Gal Gadot. Ini menimbulkan cancel culture di kalangan publik mempertimbangkan serangan panjang dan pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.
Meskipun sempat menempati posisi puncak pada pekan debutnya, film ini harus rela terseok dan gagal masuk box office.
Film yang menceritakan salah satu kisah klasik Disney ini memakan biaya produksi mencapai USD 269 juta atau sekitar Rp 4,4 triliun. Untuk balik modal, film ini harus meraih USD 500 juta.
Sedangkan, Disney menargetkan pendapatan USD 100 juta di pekan pertama, dengan proyeksi USD 45–55 juta domestik dan USD 50 juta internasional.
Namun kenyataannya, pendapatan akhir pekan pembukaan hanya menghasilkan USD 43 juta di Amerika Utara dan USD 44,3 juta dari pasar internasional. Jadi secara total global hanya meraup USD 87,3 juta.
Dalam wawancara baru-baru ini, Gal Gadot menyalahkan adanya tekanan pada para selebritas untuk berbicara menentang Israel sebagai alasan yang sangat memengaruhi kegagalan box office film live-action Snow White.
Dalam program wawancara selebritas Israel, The A Talks, menurut The Jerusalem Post (via Deadline pada Minggu 17 Agustus), di mana seorang pewawancara bertanya apakah ia marah dengan hasil yang buruk dari film yang juga dibintangi Rachel Zegler itu.
“Pertama-tama, saya harus mengatakan bahwa saya sangat menikmati proses syuting film ini. Saya bahkan menikmati bekerja dengan Rachel Zegler. Kami tertawa, mengobrol, dan itu menyenangkan. Saya yakin film ini akan sukses besar,” kata Gadot dalam bahasa Ibrani.
“Lalu (tragedi) 7 Oktober terjadi, dan apa yang terjadi di berbagai industri, termasuk Hollywood, adalah adanya tekanan besar pada selebritas untuk bersuara menentang Israel,” tambahnya.
Gal Gadot menambahkan, ia selalu berusaha menjelaskan tentang realita yang terjadi. Namun pemikiran dan pendapat masyarakat tidak dapat dia kontrol.
“Selalu bisa menjelaskan dan mencoba memberikan konteks kepada orang-orang di dunia tentang apa yang terjadi dan apa kenyataannya, tetapi pada akhirnya, orang-orang yang memutuskan sendiri. Saya kecewa karena film tersebut sangat terpengaruh oleh hal itu dan tidak laku di box office,” paparnya.
Sementara itu, Zegler telah menjadi pendukung vokal Palestina dan Gaza, yang dilaporkan membuat hubungannya menjadi renggang dengan produser Snow White Marc Platt di tengah promosi film tersebut.
Hal ini pun membuat respons publik terpecah, kebanyakan menyerang Disney dan Gal Gadot. Snow White pun akhirnya membuat mereka menderita kerugian yang sangat besar yakni mencapai USD 115 juta.
Menurut kelompok dan pakar kemanusiaan terkemuka, seperti Komite Khusus PBB, Amnesty International, Dokter Lintas Batas, dan pakar hukum internasional – Israel sedang melakukan genosida terhadap warga Palestina.
Analisis IPC pada Mei 2025 memproyeksikan tingkat kerawanan pangan yang sangat parah bagi seluruh penduduk Gaza pada September, yang berarti setidaknya setengah juta orang diperkirakan akan berada dalam Fase 5 IPC, fase tertinggi, yang dikenal sebagai bencana yang ditandai dengan malnutrisi akut dan kematian.
Pada akhir Mei, lima pengunjuk rasa ditahan setelah dilaporkan menargetkan lokasi syuting film terbaru Gadot, The Runner, di pusat kota London.
Dua bulan sebelumnya, upacara Hollywood Walk of Fame yang dipersembahkan sang aktris ditunda oleh pengunjuk rasa yang mewakili kelompok pro-Palestina dan pro-Israel.
Selain akibat pandangan masyarakat akan konflik Israel-Palestina, kegagalan film tersebut juga diakibatkan oleh Disney yang mengubah esensi klasik Snow White menjadi versi modern yang lebih mandiri, tanpa pangeran penyelamat. Banyak penggemar kecewa karena elemen ikonik seperti “kulit seputih salju” dihilangkan.
Selain itu, nilai buruk dari beberapa situs ulasan film juga membuat film ini kian terpuruk, seperti skor IMDb hanya 2,2/10 dan Rotten Tomatoes dari kritikus hanya 44%. Banyak penonton menilai film ini lebih cocok untuk streaming daripada layar lebar. (*)