Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
SPORTAINMENT

Banyak Naturalisasi Main di Super League, Masih Spesialkah Mereka? Ini Tanggapan Erick Thohir

13
×

Banyak Naturalisasi Main di Super League, Masih Spesialkah Mereka? Ini Tanggapan Erick Thohir

Sebarkan artikel ini
Rafael Struick (Foto: Instagram Dewa United)
toplegal

TOPMEDIA – Kompetisi BRI Super League musim 2025/2026 semakin berwarna dengan hadirnya para pemain naturalisasi di sejumlah klub papan atas.

Nama-nama seperti Jordi Amat (Persija Jakarta), Jens Raven (Bali United), hingga Rafael Struick (Dewa United) menjadi sorotan publik.

TOP LEGAL PRO

Ketiganya dikenal sebagai pilar penting Timnas Indonesia. Jordi Amat dan Struick sudah menjadi langganan tim senior, sementara Raven masih memperkuat kelompok umur. Kehadiran mereka di liga domestik memicu pro-kontra di kalangan fans.

Sebagian pendukung menilai pemain naturalisasi sebaiknya tetap berkarier di luar negeri untuk menambah pengalaman internasional.

Namun tak sedikit yang mendukung pilihan mereka bermain di tanah air, terutama Raven dan Struick yang masih berusia di bawah 25 tahun.

Baca Juga:  Terjawab, Ini Alasan Pelatih Vietnam Yoon Dong-hun Lambaikan Handuk saat Final AFF U-23 2025

Menanggapi hal ini, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan bahwa keputusan karier adalah hak pribadi setiap pemain.

“Opini publik harus kita hormati. Memang ada perbedaan pandangan di kalangan suporter, tapi setiap pemain punya jalan kariernya masing-masing,” ujar Erick dalam program d’Hattrick.

Menurut Erick, faktor utama yang harus diprioritaskan adalah jam terbang dan menit bermain. Itulah yang menjadi pertimbangan banyak pemain saat menentukan klub.

Ia mencontohkan Sandy Walsh yang memilih pindah dari Yokohama F. Marinos ke Buriram United di Thailand demi mendapatkan kesempatan tampil reguler.

Struick pun sebelumnya sempat berkarier di Brisbane, Australia, dengan 11 laga sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia.

Baca Juga:  Lari Jadi Gaya Hidup Baru, Bukan Sekadar Olahraga

“Pemain-pemain yang main di Eropa sangat kita idamkan, tetapi ada juga yang berkarier di Asia, Asia Tenggara, bahkan Indonesia. Itu fair saja, masing-masing pemain mendapatkan apresiasi sesuai profesionalisme mereka. Tapi ingat, jangan sampai mereka dibully,” tegas Erick.

Lebih jauh, Erick menegaskan PSSI berkomitmen menjaga keseimbangan antara pemain naturalisasi, diaspora, dan lokal.

“Di strata timnas, semua punya kesempatan yang sama. Bahkan di liga ada aturan main U-23 wajib tampil 45 menit, di Liga 2 malah U-21 bisa main penuh 90 menit. Ini sinergi positif antara liga dan timnas,” jelasnya. (*)

TEMANISHA.COM