Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
FAMILY BUSINESSES

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (4): Langkah Hukum dan Titik Balik

29
×

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (4): Langkah Hukum dan Titik Balik

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: Brina didampingi Lila berdiskusi dengan pengacara bisnis di sebuah kafe. (Foto: ilustrasi/chat gpt)
toplegal

SEJAK menemukan bukti penyalahgunaan dana, hidupku berubah menjadi serangkaian keputusan sulit. Aku, Brina, tahu bahwa diam berarti menyerahkan 30 tahun kerja keras keluarga pada keserakahan kakakku sendiri, Bram.

Pagi itu, aku menemui Lila dan seorang pengacara bisnis bernama Reno di sebuah kafe. Lila yang mengatur semuanya.

TOP LEGAL PRO

“Brin, kita harus bergerak cepat sebelum dia mengambil alih semua saham,” kata Reno sambil membuka map.

“Aku punya bukti transaksi, laporan keuangan, dan kontrak yang dia tanda tangani sendiri,” jawabku sambil mendorong berkas ke arahnya.

Reno membaca dengan seksama, lalu menatapku serius.

“Ini cukup untuk membuktikan adanya penyalahgunaan wewenang. Kita bisa minta rapat direksi darurat atau ajukan gugatan perdata kalau perlu. Tapi kamu siap? Ini berarti perang terbuka dengan kakakmu sendiri.”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (8-Habis): Akhir Perang dan Harga Sebuah Keserakahan

Dadaku sesak. Perang dengan kakak kandungku? Sesuatu yang tidak pernah kubayangkan.

“Tiga puluh tahun, Ayah dan Ibu membangun bisnis ini. Aku nggak bisa biarkan dia menghancurkannya hanya demi gengsi dan gaya hidupnya,” jawabku mantap.

Minggu berikutnya, rapat direksi darurat diadakan. Suasana tegang menyelimuti ruang rapat.

Para investor minoritas dan adik-adikku hadir. Bram datang terakhir, mengenakan jas mahal dan senyum sinis.

“Apa lagi ini? Aku sibuk,” katanya sambil duduk.

Aku menghela napas panjang, lalu berdiri.

“Aku minta semua mendengar. Ini laporan keuangan tiga bulan terakhir. Ada pengeluaran tak wajar untuk ‘entertainment client’, total hampir 2 miliar rupiah. Semua ditandatangani Bram, tanpa persetujuan direksi lain.”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (7): Rahasia Keluarga yang Terbuka ke Publik

Ruangan hening. Para investor saling pandang.

Bram malah tertawa kecil.

“Itu strategi bisnis. Aku jaga relasi. Kamu mana tahu, Brin.”

Aku mengeluarkan foto-foto dan bukti perjalanan mewahnya, lengkap dengan struk jam tangan dan bukti sewa vila di Bali.

“Ini strategi bisnis, Mas? Menginap di vila pribadi dan main golf pakai uang perusahaan?”

Para investor mulai berbisik. Adik bungsuku, Rani, menunduk, sementara Ayah dan Ibu terlihat hancur.

Seorang investor senior akhirnya bicara.

“Ini serius. Kalau terbukti, Bram bisa dicopot dari jabatannya. Perusahaan ini bukan milik satu orang.”

Wajah Bram merah padam.

“Kalian semua bersekongkol lawan aku?! Ini bisnis keluarga, dan aku anak laki-laki satu-satunya!”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (1): Warisan yang Memecah Keluarga

Aku menatapnya dengan mata yang bergetar tapi tegas.

“Ini bisnis keluarga, Mas. Tapi keluarga bukan alasan untuk menghancurkan kerja keras semua orang.”

Malamnya, aku pulang dengan perasaan campur aduk. Pertarungan baru saja dimulai, tapi untuk pertama kalinya, aku merasa menang karena berani bicara.

Pesan dari Reno masuk:

“Langkah pertama sukses. Kita siapkan strategi selanjutnya.”

Aku memejamkan mata, berharap Ayah dan Ibu bisa mengerti. Kadang, untuk menyelamatkan warisan keluarga, kita harus berani melawan darah daging sendiri.

(Bersambung…)

TEMANISHA.COM