Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
ENTREPRENEURSHIP

LEUTI: Kisah Dokter Estetika, dari Penampilan Dekil Menuju Brand Skincare Unggulan

65
×

LEUTI: Kisah Dokter Estetika, dari Penampilan Dekil Menuju Brand Skincare Unggulan

Sebarkan artikel ini
toplegal

Oleh: dr. Maharani Kandhisa

SAYA tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari akan menjadi seorang dokter estetik, apalagi membangun brand skincare sendiri.

TOP LEGAL PRO

Bahkan saat awal kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), saya sama sekali tidak tahu-menahu tentang dunia perawatan diri.

Saya tidak tahu apa itu toner, serum, bahkan sunblock. Bisa dibilang, saya termasuk mahasiswa kedokteran yang dekil dan sangat cuek terhadap penampilan. Yang hanya mengikuti produk skincare biasa yang mudah ditemui di minimarket kala itu.

Namun, semua berubah bukan karena tekanan luar, tapi karena rasa penasaran dan keinginan untuk merawat diri.

Saya mulai bertanya-tanya: kenapa kulit saya kurang baik, atau bisa dibilang kusam? Apa yang harus saya lakukan agar bisa tampil lebih segar dan percaya diri?

Dari sana, saya mulai belajar dan mencoba. Tidak mudah memang. Kulit saya pun tetap kebal, kusam, komedo banyak sekali, dan mudah kering dengan perubahan iklim. Semua ini pernah saya alami.

Tapi justru dari pengalaman-pengalaman inilah, saya belajar banyak. Bahwa, kulit itu kompleks dan tidak ada solusi instan. Semua butuh pemahaman, proses dan konsistensi.

Setelah lulus sebagai dokter, saya mulai merasa bahwa dunia estetik bukan sekadar minat, tapi sebuah panggilan. Sayangnya, saat itu saya tidak mendapat dukungan penuh dari keluarga. Mereka lebih menginginkan saya untuk menjalani jalur dokter umum atau spesialis yang lebih “konvensional”.

Baca Juga:  Energi Positif Generasi Muda Menggema di YOTNC 2025, Astra Gaungkan SATU Indonesia Awards untuk Dorong Aksi Nyata

Tapi, saya tahu jika hati ini sudah jatuh pada dunia kecantikan medis. Saya ingin tahu lebih dalam.

Saya ingin bisa membantu orang lain mengerti kemauan kulitnya masing-masing. Seperti saya yang berusaha memperbaiki diri sendiri.

Saya mulai mengikuti berbagai pelatihan, workshop, kursus dalam dan luar kota meski dengan uang tabungan pribadi.

Saya menyisihkan dari penghasilan kecil sebagai dokter jaga, demi bisa ikut satu demi satu sertifikasi di bidang estetika medis.

Saya rela berangkat pagi pulang malam, belajar materi teknis dan bisnis. Saya pernah hanya tidur 3–4 jam sehari, tapi saya menikmati setiap detik prosesnya.

Dari ruang praktek pribadi dimana ruangan itu bekas garasi, saya sulap hingga membuka layanan sendiri. Semua saya bangun dengan niat membantu orang lain tampil lebih baik, tanpa kehilangan identitas diri.

Saya percaya bahwa kecantikan sejati bukan hanya soal putih atau glowing, tapi tentang merasa nyaman dan percaya diri dengan kulit sendiri.

Baca Juga:  TOP Legal Group Hadirkan Aplikasi Digital, Solusi Legalitas Bagi Pebisnis

Lahirnya LEUTI

LEUTI tidak muncul begitu saja. Brand ini lahir dari perjalanan panjang, dari kulit yang dekil hingga menjadi dokter estetika.

Saya mencoba berbagai brand skincare dan klinik estetik. Namun ternyata, setiap kulit memang berbeda perawatan dan penanganannya.

Semua hanya tergantung kaya atau tidaknya active ingredient yang terkandung di dalam skincare tersebut. Juga, sensitivitas kulit dalam menerima active ingredient tersebut.

Karena sulitnya mencari brand skincare yang sesuai dengan kulit, saya akhirnya membuat formulasi sendiri untuk brand LEUTI agar tidak kebingungan lagi mencari-cari skincare yang sesuai dengan kulit saya.

LEUTI sendiri diadopsi dari bahasa Spanyol: Le Uti yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maknanya: Bermanfaat.

Saya beharap, LEUTI bisa memberikan berkah yang melimpah dan manfaatnya dapat dirasakan bagi semua kalangan.

Saya merasa bertanggung jawab untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda. Produk yang tidak hanya “menjual mimpi”, tapi benar-benar diformulasikan dengan dasar medis dan pengalaman langsung.

Bukan hasil tiru-meniru, bukan sekadar tren sosial media, tapi berdasarkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh kulit wanita Indonesia.

Maka, saya mendirikan LEUTI Skincare dengan misi menciptakan produk perawatan kulit yang aman, berkualitas dan efektif.

Baca Juga:  Penjualan Mobil Astra Naik 8% pada Juli 2025, Pangsa Pasar Capai 54%

Meski saat ini jumlah produknya masih beberapa, tapi saya bangga bisa mengatakan bahwa setiap produk LEUTI adalah hasil seleksi ketat dan pengembangan panjang.

Kami tidak terburu-buru mengeluarkan banyak varian, karena bagi saya, kualitas selalu lebih penting dari kuantitas.

LEUTI adalah simbol dari semua pelajaran hidup saya. Yakni tentang keberanian, konsistensi dan pentingnya merawat diri.

Dan yang paling penting, tentang bagaimana penampilan kulit yang sehat bisa menjadi pintu masuk menuju versi terbaik dari diri kita sendiri.

Untuk Kamu yang Pernah Merasa Minder Seperti Saya Dulu…

Saya tahu bagaimana rasanya tidak percaya diri karena kondisi kulit. Saya tahu bagaimana rasanya melihat cermin dan tidak menyukai apa yang kita lihat. Saya tahu betul.

Tapi saya juga tahu bahwa perubahan itu mungkin. Bahwa, asal ada niat dan langkah yang tepat maka semua bisa diperbaiki. Dan, kamu tidak harus melaluinya sendirian.

LEUTI hadir sebagai sahabat dalam perjalanan merawat kulitmu. Saya ada di sini, bukan hanya sebagai dokter yang meracik produk, tapi sebagai seseorang yang pernah melalui proses dari kulit kusam, kusut, hingga sekarang bisa membantu orang lain merasakan perubahan yang lebih baik. (*)

 

 

TEMANISHA.COM