Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
SPORTAINMENT

Kontroversi Jersey Baru Persebaya: Antara Kritik, Loyalitas Fans dan Strategi Bisnis Klub

30
×

Kontroversi Jersey Baru Persebaya: Antara Kritik, Loyalitas Fans dan Strategi Bisnis Klub

Sebarkan artikel ini
Jersey home and away Persebaya untuk musim 2025/2026. (Foto: Instagram @officialpersebaya)
toplegal

TOPMEDIA – Peluncuran jersey baru Persebaya untuk musim 2025/2026 kembali menjadi sorotan tajam di kalangan suporter. Jersey yang dirilis pada Rabu (6/8/25) ini memicu perdebatan sengit.

Desainnya yang modern disambut baik oleh sebagian penggemar, namun tak sedikit yang menilai bahwa jersey baru ini kurang mencerminkan identitas klasik klub yang selama ini begitu melekat di hati para Bonek dan Bonita.

TOP LEGAL PRO

Kontroversi ini tidak hanya menjadi perbincangan biasa, tetapi juga membawa dampak signifikan bagi strategi bisnis klub.

Dalam ekosistem sepak bola modern, jersey bukan hanya seragam tanding, melainkan produk utama yang merepresentasikan identitas klub dan menjadi simbol loyalitas suporter.

Pro dan Kontra Pengamat dan Fans

Seorang pengamat sepak bola, Fadhlurrahman, yang dikenal sebagai pundit di akun media sosialnya @aruulr, memberikan kritik pedas terhadap desain jersey Bajul Ijo musim ini.

Baca Juga:  Fokus Penuh Benahi Tim, Diam-Diam Perez Suka Makan Rawon

Ia secara terang-terangan membandingkan jersey baru ini dengan desain jersey pra-musim dan jersey edisi ulang tahun (anniversary) yang menurutnya jauh lebih menarik.

“Saat tim lain berbondong membuat jersey yang bagus untuk meningkatkan pendapatan klub dari penjualan jersey, tapi kenapa Persebaya begini, boy?” cuitnya dalam sebuah unggahan.

Fadhlur memuji jersey pra-musim yang digunakan saat melawan PSS Sleman, yang memiliki kombinasi warna hijau dan kuning proporsional. Ia bahkan memberikan skor 9/10 untuk desain tersebut.

Kemudian desain jersey anniversary dengan tali di bagian kerah juga mendapat apresiasi tinggi. Namun desain jersey musim ini, menurutnya, terkesan “malas” dan tidak berhasil menyamai kualitas desain sebelumnya.

Meskipun kritik pedas datang dari pengamat, pandangan dari fans internasional justru menekankan pentingnya prestasi tim.

Baca Juga:  Final AFF U-23 Pembuktian Indonesia Sebagai Kekuatan ASEAN Yang Menatap Piala Dunia 2026

Ingo Pottag, seorang Bonek asal Jerman, berpendapat bahwa meskipun desain jersey baru kurang menarik, hal itu tidak sepenting performa tim di lapangan.

“Yang terpenting, kita harus tetap optimis dan fokus pada prestasi. Kalau tim berprestasi, secara otomatis fans loyal akan terus mendukung dan membeli merchandise resmi,” ujarnya.

Kontroversi Senjata Promosi

Namun lepas dari kritik dan puji, dalam dunia bisnis olahraga modern, perdebatan seperti ini tidak selalu menjadi masalah.

Justru jika dikelola dengan cerdas, kontroversi dapat menjadi senjata promosi yang efektif. Pro dan kontra di media sosial bisa meningkatkan awareness, memicu diskusi publik, dan ujungnya mendorong engagement fans secara organik.

Persebaya semestinya dapat memanfaatkan momen ini dengan cara:

  • Storytelling: Menjelaskan filosofi dan sejarah di balik desain jersey untuk menciptakan ikatan emosional dengan fans.
  • Aktivasi Digital: Menggelar kampanye interaktif seperti polling desain atau tantangan kreatif di media sosial untuk mengubah perdebatan menjadi promosi yang hidup.
  • Limited Edition: Merilis jersey edisi terbatas untuk menambah nilai eksklusif dan mendorong fans untuk segera membeli.
Baca Juga:  Emma Raducanu Tembus Semifinal Terbesar Sejak Juara AS Terbuka 2021

Pada akhirnya, peluncuran jersey baru Persebaya membuktikan bahwa identitas klub, loyalitas fans, dan strategi bisnis saling berkaitan erat.

Setiap pujian dan kritik dapat dimanfaatkan untuk mengukur persepsi merek dan menyusun strategi penjualan merchandise yang lebih efektif. Kontroversi memang tantangan sekaligus peluang emas untuk memperkuat loyalitas Bonek dan Bonita serta memaksimalkan potensi bisnis klub di era modern. (*)

TEMANISHA.COM