Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
FAMILY BUSINESSES

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (2): Rapat Keluarga yang Memanas

47
×

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (2): Rapat Keluarga yang Memanas

Sebarkan artikel ini
Rapat keluarga yang berlangsung panas setelah Bram (kiri) ngotot minta saham lebih di perusahaan keluarga. (Foto: Ilustrasi Chat GPT)
toplegal

HARI Minggu siang itu, ruang tamu rumah besar keluarga kami berubah menjadi medan perang.

Semua anggota keluarga berkumpul untuk rapat pembagian saham. Ada Ayah dan Ibu yang kini lebih banyak diam, dua adik bungsu kami yang hanya ingin damai, dan tentu saja Bram, kakakku, yang sejak awal duduk dengan percaya diri seperti raja.

TOP LEGAL PRO

Aku, Brina, mencoba tetap tenang meski di dalam dada amarah dan lelah bercampur jadi satu.

Bram membuka pembicaraan tanpa basa-basi.

“Baik, kita semua tahu bisnis ini butuh pemimpin tunggal. Mulai tahun depan, aku minta 60 persen saham. Brina 20 persen, sisanya dibagi ke adik-adik. Ini demi kelancaran bisnis keluarga.”

Aku langsung menatapnya tajam.

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (7): Rahasia Keluarga yang Terbuka ke Publik

“Kelancaran bisnis? Mas, selama ini siapa yang jaga bisnis ini tetap hidup? Aku yang di pabrik setiap hari, aku yang urus klien, aku yang pastikan karyawan tetap makan waktu pandemi. Mas ke mana?”

Bram mendengus dan menyandarkan punggungnya.

“Strategi itu nggak kelihatan, Brin. Tapi orang luar percaya sama aku. Kamu kan cuma eksekusi. Lagi pula, laki-laki memang harus pegang kendali. Itu tradisi di keluarga kita.”

Aku menoleh ke Ayah, berharap beliau bicara. Tapi, Ayah hanya menatap meja. Sedangkan Ibu menggenggam tanganku pelan, seolah meminta aku bersabar.

“Mas, tradisi nggak bisa jadi alasan untuk menghapus keadilan,” suaraku bergetar.

“Kalau Mas yang pegang semua, apa jaminannya bisnis ini nggak hancur?”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (4): Langkah Hukum dan Titik Balik

Bram tertawa kecil, tapi sinis.

“Hancur? Aku ini lulusan luar negeri. Investor lebih percaya aku daripada kamu. Kamu terlalu emosional untuk memimpin.”

Kalimat itu seperti belati. Semua kerja keras yang kulakukan selama ini dianggap tak berarti hanya karena aku perempuan.

Adik bungsuku, Rani, akhirnya bicara.

“Kak, kita juga tahu siapa yang kerja setiap hari. Kalau bagi sahamnya segitu, nggak adil sama Mbak Brin.”

Bram pun menoleh ke Rani dengan raut dingin.

“Kamu diam saja, Ran. Kamu dapat jatah juga kan? Jangan campuri urusan kepemimpinan.”

Rapat itu akhirnya berubah jadi perdebatan sengit. Suara kami meninggi, hingga terdengar ke dapur.

Di luar, karyawan yang membantu menyiapkan makan siang pura-pura sibuk. Tapi, aku tahu mereka mendengar semuanya.

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (6): Rahasia Masa Lalu yang Terbongkar

Di tengah kekacauan itu, Ayah akhirnya bersuara lirih.

“Cukup. Kalian ini keluarga. Jangan sampai bisnis yang kita bangun hancur karena kalian saling berebut.”

Tapi masalahnya, bisnis ini sudah mulai hancur dari dalam. Hancur karena keserakahan Bram.

Malam itu, aku duduk di kantor sendirian menatap laporan keuangan. Semua angka ini adalah hasil kerja kerasku, tapi sebentar lagi bisa jadi milik kakakku sepenuhnya.

“Ting!”, pesan WhatsApp dari sahabatku, Lila, masuk:

“Brin, kamu harus lawan. Kalau diam, kamu akan dihabisi.”

Aku menatap layar handphone lama.

Mungkin ini saatnya aku berhenti jadi korban dalam keluarga sendiri.

(Bersambung)

TEMANISHA.COM