Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
FAMILY BUSINESSES

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (1): Warisan yang Memecah Keluarga

49
×

Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (1): Warisan yang Memecah Keluarga

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi perselisihan kakak dan adik terkait pembagian saham bisnis keluarga yang dibangun puluhan tahun. (Foto: Ilustrasi/Gemini)
toplegal

AKU, Brina, lahir dan besar dalam keluarga yang dikenal sebagai pengusaha makanan olahan. Bisnis ini dirintis oleh Ayah dan Ibu sejak 30 tahun lalu dari dapur kecil di belakang rumah hingga kini menjadi perusahaan besar dengan lima pabrik dan ratusan karyawan.

Dari luar, orang selalu memuji kami sebagai keluarga harmonis yang kompak mengelola bisnis. Tapi di balik pintu ruang rapat, kami adalah keluarga yang perlahan retak karena keserakahan.

TOP LEGAL PRO

Kakakku, Bram, adalah anak sulung sekaligus satu-satunya laki-laki di keluarga kami. Sejak Ayah pensiun lima tahun lalu, kami berdua yang mengelola perusahaan.

Aku mengurus operasional, produksi dan tim pemasaran. Bram mengurus… yah, katanya bagian strategis. Tapi jujur, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk golf, makan siang dengan relasi, dan foto-foto pamer di media sosial.

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (6): Rahasia Masa Lalu yang Terbongkar

Meski begitu, setiap kali rapat keluarga, Bram selalu bicara seolah dia pahlawan yang menyelamatkan bisnis ini.

Suatu sore, kami duduk di ruang rapat kecil di kantor pusat. Bram menatapku dengan wajah serius, tapi matanya memancarkan rasa menang sendiri.

“Brin, kita harus segera bereskan pembagian saham,” ucapnya.

Aku mengerutkan dahi. “Pembagian saham apalagi? Kan sudah jelas sama rata sejak Ayah pensiun.”

Bram menyandarkan tubuhnya santai.

“Mulai tahun ini, aku mau 60 persen saham. Kamu dan adik-adik dibagi sisanya. Aku kan laki-laki, aku yang akan memimpin generasi berikutnya.”

Aku tercekat. Hah, enam puluh persen?

“Mas, selama ini aku yang setiap hari di pabrik. Aku yang jaga bisnis ini tetap hidup waktu pandemi. Kamu ke mana aja?” suaraku meninggi tanpa sadar.

Baca Juga:  Kutukan Generasi ke-3, Pertarungan Kepemimpinan di Perusahaan Keluarga (1): Bayangan yang Tak Pernah Hilang

Bram hanya tersenyum miring.

“Aku jaga nama baik keluarga. Orang luar lebih percaya sama aku. Lagi pula, ini tradisi. Anak laki-laki memimpin, perempuan mendukung.”

Hatiku seperti diremas. Tradisi? Tradisi macam apa yang membutakan keluarga sendiri?

Aku bekerja dari pagi sampai malam, memastikan gaji karyawan tetap berjalan, menjaga klien agar tidak kabur, tapi di mata keluarga aku hanya ‘pembantu bisnis’.

Malam itu, aku pulang dengan dada sesak. Suamiku, yang sejak lama tahu pergolakan ini, menatapku prihatin.

“Kamu kelihatan lelah sekali, Brin. Rapat lagi sama Bram?”

Aku mengangguk.

“Dia mau saham 60 persen. Katanya karena dia laki-laki.”

Suamiku menarik napas panjang.

“Kalau begini terus, bisnis keluarga ini bukan cuma akan hancur di tangan Bram, tapi juga akan menghancurkanmu.”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (7): Rahasia Keluarga yang Terbuka ke Publik

Aku menatap lampu-lampu pabrik dari jendela kamar. Lampu-lampu itu menyala karena kerja kerasku, tapi sinarnya selalu diklaim orang lain.

Dalam hati, aku tahu jika tidak melawan sekarang, maka 30 tahun kerja keras keluargaku akan hilang begitu saja dikuasai oleh keserakahan kakak lelakiku sendiri.

(Bersambung)

TEMANISHA.COM