TOPMEDIA – Bank Indonesia (BI) menyalurkan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) senilai Rp 388,1 triliun hingga 16 Desember 2025.
Insentif ini diberikan kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas, termasuk pertanian, industri, konstruksi, perumahan, UMKM, hingga koperasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, insentif likuiditas ini merupakan langkah strategis untuk mempercepat penurunan suku bunga perbankan sekaligus memperkuat pembiayaan sektor riil.
“KLM berbasis kinerja dan orientasi ke depan diperkuat guna mempercepat penurunan suku bunga perbankan dengan mendorong kredit ke sektor riil,” ujar Perry.
Perry merinci, dari total Rp 388,1 triliun insentif KLM, bank pelat merah menerima Rp 177,1 triliun, bank swasta Rp 169,5 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp 34,6 triliun, dan kantor cabang bank asing Rp 7 triliun.
Insentif KLM diberikan dalam bentuk pemotongan setoran Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah yang wajib disetorkan ke BI.
Besaran insentif maksimal mencapai 5 persen, sehingga bank yang memenuhi ketentuan KLM akan mendapatkan pengurangan GWM lebih besar.
“Insentif likuiditas ini akan membuat bank menurunkan suku bunga lebih cepat. Dengan begitu, pembiayaan ke sektor prioritas seperti UMKM dan koperasi bisa lebih masif,” jelas Perry.
Dengan penyaluran insentif KLM senilai Rp 388,1 triliun, Bank Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendukung pembiayaan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
Kebijakan ini diharapkan mampu mempercepat penurunan suku bunga perbankan, memperluas akses kredit, serta memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
“Uangnya tersedia dan siap digunakan. Begitu dibutuhkan sesuai arahan Presiden, kami sudah siap mengeksekusi,” pungkas Perry. (*)



















