Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
ENTREPRENEURSHIPTOP FIGURES

Entrepreneurship Bukan Hanya Jualan atau Berbisnis, tapi Menciptakan Nilai dan Solusi

×

Entrepreneurship Bukan Hanya Jualan atau Berbisnis, tapi Menciptakan Nilai dan Solusi

Sebarkan artikel ini
HARUS BERMANFAAT: Koordinator Entrepreneurship Universitas Ciputra Surabaya, Christina selama bertahun-tahun mengajak mahasiswa memahami esensi entrepreneurship yang sesungguhnya. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
toplegal

Belajar Jadi Entrepreneur dari Christina

TOPMEDIAEntrepreneurship atau kewirausahaan merupakan istilah yang semakin sering digaungkan di berbagai kesempatan, baik dalam konteks pendidikan, bisnis, maupun pembangunan ekonomi. Entrepreneurship merupakan salah satu pilar penting dalam memajukan perekonomian suatu negara.

Entrepreneurship seringkali dipersepsikan secara sederhana sebagai aktivitas membuka dan menjalankan usaha sendiri, tetapi bagi dosen sekaligus fasilitator dan Koordinator Entrepreneurship Universitas Ciputra (UC) Surabaya, Christina S.T., M.M., entrepreneurship bukan sebatas jualan atau bisnis.

HALAL BERKAH

Menurutnya, masih banyak orang yang salah kaprah dalam memahami entrepreneurship atau menjadi entrepreneur. Banyak orang yang menganggap entrepreneurship sebatas jualan atau bisnis.

“Padahal esensinya adalah menciptakan nilai dan memecahkan masalah. Bukan sekadar menjual sesuatu atau mendirikan suatu bisnis,” terang perempuan lulusan S1 Teknik Kimia Universitas Surabaya (Ubaya) ini.

Perempuan yang akrab disapa Nana ini menambahkan, banyak juga entrepreneur yang fokus pada keuntungan cepat dan bukan keberlanjutan bisnis.

“Menjadi entrepreneur tidak sesederhana hanya membuka usaha, menjual produk, lalu mendapatkan keuntungan dan dianggap berhasil. Hal yang jauh lebih esensial adalah bagaimana seorang entrepreneur mampu menciptakan nilai, memberikan solusi atas permasalahan di masyarakat, serta memastikan usaha tersebut dapat bertumbuh dan berkelanjutan dalam jangka panjang,” tuturnya.

Baca Juga:  Dr. Eric Harianto, S.T., M.M., CIHCM, CMC, CIPA, CCD.,GA.: Dari Entrepreneur Tangguh ke Pencipta Sistem Optimalisasi Nasional

Perempuan yang mendapatkan gelar S2 Magister Manajemen dari Ubaya ini menilai bahwa entrepreneurship perlu diajarkan sejak dini agar pola pikir yang benar dapat terbentuk sejak awal.

“Mulai dari keluarga, pendidikan di sekolah, kuliah, sangat penting membekali generasi muda dengan pemahaman akan entrepreneurship ini,” jelasnya.

Nana juga menceritakan kepada Top Media bagaimana entrepreneurship berperan dalam mensejahterakan masyarakat.

Menurut Nana, entrepreneur menciptakan inovasi, membuka lapangan kerja, meningkatkan daya saing ekonomi, dan menghadirkan solusi bagi persoalan sosial.

Nana sendiri bukan orang baru dalam entrepreneurship. Selain berperan sebagai dosen yang menerapkan entrepreneurial teaching dalam setiap proses pembelajaran, ia juga memiliki pengalaman langsung sebagai entrepreneur yang mengelola usahanya sendiri.

Kombinasi antara praktik dan pengajaran ini membuat Nana mampu menghadirkan perspektif yang relevan dan aplikatif bagi mahasiswa.

PENUH TANTANGAN: Christina saat mengajar mahasiswa. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Nana sudah menjadi Fasilitator dan Koordinator Entrepreneurship di UC Surabaya sejak tahun 2016.

Baca Juga:  Siswa Sekolah Rakyat Bakal Mendapatkan Pembelajaran Kewirausahaan untuk Menambah Keterampilan

“Saya bergabung di UC tahun 2008, sebagai staf penelitian yang mengurus jurnal penelitian, tapi diberikan kesempatan untuk sit in dan belajar bagaimana entrepreneurship ini diajarkan,” cerita Nana.

“Sempat off dari UC karena merintis bisnis di 2013-2016, dan kembali di tahun 2016,” imbuhnya.

Nana menekankan bahwa UC ini entrepreneurship bukan berdiri sebagai satu program studi khusus, tapi mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa seluruh program studi dan di kelas pun mahasiswa berkumpul dari berbagai program studi.

Dirinya mendorong mahasiswa untuk menemukan masalah nyata, menciptakan solusi, melakukan validasi pasar, dan mengeksekusi ide bisnis secara bertahap.

“Saya membimbing mereka melalui mentoring rutin, studi kasus, serta kolaborasi dengan pelaku industri agar mereka belajar dari tantangan nyata di lapangan,” tegasnya.

Nana menilai bahwa semua disiplin ilmu sangat dibutuhkan dalam implementasi entrepreneurship, karena setiap disiplin ilmu memiliki potensi untuk menciptakan nilai.

Entrepreneurship berfokus pada opportunity recognition (kepekaan melihat peluang), risk-taking yang terukur, dan action-oriented, yaitu keberanian untuk mengeksekusi ide menjadi solusi nyata.

Baca Juga:  Kampus Korea Berlakukan Black List Siswa Yang Memiliki Catatan Bullying

“Selain itu, entrepreneurship tidak hanya soal bisnis, tetapi juga bagaimana seseorang dapat memberikan dampak, menciptakan nilai bagi masyarakat, dan menghadirkan inovasi di berbagai sektor,” terang Nana.

Nana juga menceritakan suka dukanya menjadi dosen entrepreneur di UC, dimana seluruh dosen di UC menjadi fasilitator dan mengajar entrepreneurship.

“Saya merasa bahagia ketika melihat mahasiswa yang awalnya belum percaya diri, menjadi berani mencoba, belajar dari kegagalan, bahkan bisa berbagi pengalaman kepada adik kelasnya. Menyenangkan ketika pola pikir mereka bertumbuh, bahwa entrepreneurship bukan sekadar berdagang, tetapi menciptakan nilai dan memberikan solusi,” ceritanya.

Sedangkan dukanya ketika ada mahasiswa yang masih malas dan belum melihat pentingnya proses ini.

“Namun itu pun menjadi tantangan bagi kami untuk terus memotivasi dan menumbuhkan semangat mereka agar tetap berproses,” tambahnya.

Nana berharap agar pendidikan entrepreneurship ini semakin diperluas dan diajarkan sejak dini, jiwa entrepreneurship juga terus dikuatkan untuk membentuk generasi muda yang kreatif, mempunyai nilai, dan menjadi solusi bagi permasalahan di masyarakat. (*)

TEMANISHA.COM