TOPMEDIA – Sebagai pengguna smartphone yang cerdas, kita pasti sering kan melihat launching HP Android baru dengan segudang fitur yang digembar-gemborkan sebagai “terobosan revolusioner”? Layar super melengkung, charging kilat yang enggak masuk akal, sampai zoom kamera yang katanya bisa lihat alien.
Tapi, jujur deh. Seberapa sering fitur-fitur keren itu benar-benar kita pakai dalam kegiatan sehari-hari? Banyak klaim marketing yang ternyata hanya jadi “fitur gimik”—terlihat keren di atas kertas, tapi minim fungsi nyata. Di tahun 2025, tren gimmick ini tampaknya makin masif. Biar kamu enggak gampang tertipu hype, yuk kita bedah lima fitur gimik pada HP Android terbaru yang paling sering dielu-elukan.
1. Kecepatan Charging
Setiap tahun, angka kecepatan charging selalu naik 120W, 150W, bahkan ada yang sudah menyentuh 200W lebih. Produsen gembar-gembor HP bisa terisi penuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Terdengar fantastis, ya? Namun, coba pikirkan konsekuensinya.
Faktanya kecepatan charging yang ekstrem ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan baterai dalam jangka panjang. Pengisian super cepat menghasilkan panas berlebih, yang mempercepat penurunan kapasitas baterai. Selain itu, kecepatan maksimal ini hanya bertahan selama beberapa menit di awal, dan melambat drastis mendekati 100%. Jadi, meskipun cepat, efektivitas jangka panjangnya diragukan, membuatnya lebih terasa seperti fitur pameran daripada solusi praktis.
2. Resolusi Kamera Zoom Digital Super Jauh (100x atau Lebih)
Spesifikasi kamera dengan kemampuan zoom digital hingga 100x sudah menjadi pemandangan umum di flagship Android. Iklan memperlihatkan hasil jepretan bulan atau objek super jauh.
Faktanya angka zoom yang tinggi itu hanyalah zoom digital yang diperbesar secara intensif oleh software. Kualitas gambar yang dihasilkan di tingkat zoom ekstrem sering kali sangat buruk, pecah, dan penuh noise. Dalam penggunaan sehari-hari, zoom optikal (3x, 5x, atau 10x) jauh lebih berguna. Fitur 100x ini lebih berfungsi sebagai trik marketing untuk menarik perhatian angka, padahal sangat jarang menghasilkan foto yang layak cetak.
3. Layar Curved yang Terlalu Ekstrem
Layar melengkung memberikan kesan premium dan futuristik. Namun, belakangan ini, beberapa pabrikan mendorong desain curved hingga ke tingkat yang terlalu ekstrem, mendekati sudut 90 derajat di sisi samping.
Faktanya meskipun terlihat cantik, layar yang terlalu melengkung justru membawa masalah ergonomi dan fungsionalitas. Salah satunya adalah salah sentuh (accidental touch) yang sering terjadi saat HP digenggam. Selain itu, risiko kerusakan layar saat terjatuh jauh lebih tinggi, dan distorsi warna atau pantulan cahaya sering muncul di area lengkungan. Kecantikan desain ini dibayar mahal dengan berkurangnya kenyamanan dan durabilitas.
4. RAM Virtual atau Perluasan RAM (RAM Expansion)
Banyak HP Android kelas menengah ke bawah kini dilengkapi fitur Virtual RAM yang memungkinkan pengguna “meminjam” sebagian ruang penyimpanan internal untuk dijadikan RAM tambahan, biasanya hingga 8GB atau 12GB.
Faktanya fitur ini memang menambah jumlah angka RAM yang terlihat di spesifikasi, tapi perlu diingat bahwa RAM virtual jauh lebih lambat daripada RAM fisik yang sesungguhnya. Fungsi ini mungkin sedikit membantu saat multitasking super berat, tetapi dalam penggunaan normal, peningkatan performanya tidak terlalu terasa. Ini lebih menjadi cara produsen untuk menjual HP dengan klaim RAM besar tanpa benar-benar memasang modul RAM fisik yang mahal.
5. Sensor Depth dan Lensa Makro dengan Resolusi Rendah
HP dengan setup tiga atau empat kamera belakang terlihat canggih. Seringkali, dua dari kamera tersebut adalah lensa depth (untuk efek bokeh) dan lensa makro 2MP.
Faktanya lensa depth sebenarnya tidak selalu diperlukan karena efek bokeh yang bagus kini bisa dihasilkan sepenuhnya oleh kecerdasan buatan (AI) dan software kamera utama. Sementara itu, lensa makro dengan resolusi sangat rendah (seperti 2MP) umumnya menghasilkan gambar yang buram dan detail yang minim, sehingga hasilnya hampir tidak pernah digunakan. Fitur ini jelas hadir hanya untuk membuat daftar spesifikasi terlihat lebih panjang dan mengesankan.
Sebagai konsumen Gen Z yang kritis, kita perlu lebih pintar memilah mana fitur yang benar-benar meningkatkan pengalaman pengguna, dan mana yang hanya gimmick manis di kotak penjualan.
(Respatih)



















