Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
ENTREPRENEURSHIP

11 Kesalahan Entrepreneur Pemula yang Menghambat Pertumbuhan Usaha

10
×

11 Kesalahan Entrepreneur Pemula yang Menghambat Pertumbuhan Usaha

Sebarkan artikel ini
Memulai usaha tak hanya bisa bermodal tekad dan anggaran, namun juga diperlukan pemahaman akan pasar manajemen keuangan hingga legalitas usaha. (Foto: Pinterest)
toplegal

TOPMEDIA – Memulai bisnis memicu antusiasme tinggi, namun tanpa fondasi yang kuat, banyak usaha pemula berhenti di tengah jalan.

Mereka yang memutuskan menjadi entrepreneur harus belajar dan memahami strategi dan bidang yang akan digeluti, harus bisa menerapkan manajemen keuangan. Tak cukup hanya bermodal tekad dan anggaran yang besar saja.

TOP LEGAL PRO

Jika mereka tak memahami strategi, hanya ikut-ikutan, ingin keuntungan, atau tak paham market dan pengembangan produk serta pasar, meskipun modalnya besar, usaha yang dirintis tak akan bisa tumbuh dan berkembang.

Banyak penelitian menunjukkan banyak bisnis rintisan tumbang di tahun pertama karena kurang riset pasar dan manajemen keuangan yang lemah. Legalitas usaha juga menjadi poin penting dalam pengembangan usaha.

Bank Indonesia dalam kajiannya menegaskan literasi dan pengelolaan keuangan yang buruk menjadi salah satu tantangan terbesar yang membuat 40% UMKM stagnan dan sulit naik kelas di Indonesia.

Anung Herlianto, Deputi Komisioner Kepala OJK Institute, mengatakan pentingnya kewirausahaan dalam konteks pembangunan ekonomi dan keuangan. Kewirausahaan berperan dalam menciptakan lapangan kerja, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Akan tetapi, para entrepreneur ini juga perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga keuangan, untuk mendorong ekosistem kewirausahaan yang sehat dan berkelanjutan.

Baca Juga:  Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,4 persen di 2026, Sektor Investasi dan Ekspor Jadi Andalan

11 Kesalahan Umum Entrepreneur Pemula

1. Tidak Memiliki Rencana Bisnis yang Jelas
Banyak pendiri langsung mengeksekusi ide tanpa business plan formal, padahal dokumen ini berfungsi sebagai kompas strategi, taktik pemasaran, hingga proyeksi keuangan.

2. Manajemen Keuangan Berantakan
Mencampur rekening pribadi dan bisnis serta tidak mencatat arus kas harian memperbesar risiko kebangkrutan. Penyusunan anggaran dan pencatatan rutin wajib dijalankan sejak hari pertama.

3. Riset Pasar yang Minim
Produk bisa jadi hebat, tapi tanpa data pelanggan dan peta persaingan, strategi pemasaran jadi meleset. Survei sederhana dan analisis kompetitor bisa memotong kesalahan tebak-ke-tebakan.

4. Takut Mengambil Risiko atau Overthinking
Euforia memulai usaha sering berganti ragu-ragu dalam mengambil langkah berikutnya. Padahal pivot atau penyesuaian model bisnis berdasar feedback pelanggan adalah kunci kelangsungan usaha.

5. Branding dan Pemasaran Asal-asalan
“Yang penting sudah posting” tanpa target audiens jelas hanya buang-buang waktu dan anggaran. Identifikasi platform yang dipakai pelanggan Anda, lalu buat konten sesuai kebutuhan mereka.

Baca Juga:  7 Bidang Usaha yang Cocok untuk Entrepreneur Pemula: Panduan Memulai Bisnis dari Nol

6. Ekspansi Terlalu Cepat Tanpa Fondasi Kuat
Membuka cabang baru sebelum sistem operasional stabil sering berakhir dengan penutupan serentak. Pastikan prosedur, staf, dan supply chain berjalan optimal di satu lokasi sebelum berkembang.

7. Gagal Beradaptasi dengan Era Digital
Pelanggan kini mencari produk lewat Google dan media sosial. Usaha yang “offline-only” rentan kehilangan pasar besar dan tertinggal lebih cepat dari kompetitor yang sudah digital-ready.

8. Kurang Inovasi dan Sensitivitas Tren
Merasa nyaman dengan produk awal tanpa mendengarkan keluhan pelanggan membuat brand ketinggalan saat pesaing hadir dengan fitur atau kemasan baru.

9. Tidak Mencatat dan Menganalisis Data Usaha
Tanpa data penjualan dan kebiasaan pelanggan, Anda hanya menebak. Laporan harian sederhana bisa mengubah keputusan menjadi tepat sasaran dan berbasis fakta.

10. Mengabaikan Pelanggan Jangka Panjang
Fokus hanya pada transaksi pertama tanpa membangun relasi pasca-penjualan melemahkan loyalitas. Program loyalitas dan komunikasi berkala penting untuk memperpanjang siklus hidup pelanggan.

11. Tidak Memiliki Legalitas Usaha
Legalitas usaha mencakup seluruh izin, pendaftaran, dan kepatuhan pada regulasi yang wajib dipenuhi oleh sebuah bisnis. Tanpa legalitas yang tepat, pertumbuhan dan ekspansi usaha sering terhambat akibat risiko sanksi, kesulitan akses pembiayaan, hingga terciptanya citra negatif di mata mitra maupun konsumen. Memahami bagaimana legalitas berperan menjadi kunci sukses jangka panjang bagi setiap entrepreneur.

Baca Juga:  Prospek Bisnis AMDK: Produk "Receh" yang Digeluti Raksasa Consumer Goods

Akhmad Akbar Susamto, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), mengidentifikasi enam faktor rumit di balik tumbangnya usaha rintisan, yakni persaingan pasar yang kian sengit, model bisnis dan skalabilitas yang lemah, manajemen serta eksekusi strategi yang kurang matang.

“Kemudian tekanan investor untuk pertumbuhan cepat, perubahan preferensi dan strategi investor, dan luktuasi ekonomi global yang memengaruhi pendanaan dan ekspansi usaha,” jelasnya.

Banyak kegagalan startup bukan disebabkan ide yang buruk, melainkan eksekusi yang tidak terukur.

Perencanaan matang, manajemen keuangan disiplin, riset pasar, branding terarah, inovasi berkelanjutan, legalitas usaha, dan adaptasi digital menjadi pilar utama agar usaha pemula terus berkembang.

Refleksi dan evaluasi berkala atas semua aspek di atas meminimalkan kesalahan dan membuka jalan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. (*)

TEMANISHA.COM